Aksi Peretasan Kripto Korea Utara Pecahkan Rekor Terburuk Sepanjang 2025

Kripto di Korut banyak yang diretas
Kripto di Korut banyak yang diretas
(Dok. Unsplash) 


CariUang - Korea Utara kembali menjadi sorotan global setelah aktivitas peretasan aset kripto yang dikaitkan dengan negara tersebut melonjak tajam sepanjang 2025. laporannya

Berdasarkan riset perusahaan analitik blockchain Chainalysis, nilai aset digital yang berhasil dicuri mencapai lebih dari US$2 miliar dalam satu tahun, menjadikannya rekor terburuk yang pernah tercatat.

Data yang dikutip dari theregister.com menyebutkan angka tersebut meningkat 51 persen dibanding tahun sebelumnya dan menyumbang sebagian besar dari total pencurian kripto global senilai US$3,4 miliar pada 2025.

“Ini menandai tahun terparah sepanjang sejarah bagi pencurian kripto oleh DPRK (Democratic People’s Republic of Korea/Korea Utara) dari sisi nilai aset yang dicuri, dengan serangan DPRK juga menyumbang rekor 76% dari seluruh kompromi layanan,” tulis Chainalysis dalam laporannya.

Lonjakan pencurian didorong oleh serangan besar terhadap bursa kripto Bybit pada Februari 2025 yang menyebabkan kerugian sekitar US$1,5 miliar. 

Selain itu, Korea Utara juga semakin agresif menyasar dompet kripto pribadi, yang kini menyumbang 44 persen dari total nilai pencurian.

Chainalysis mencatat sepanjang 2025 terdapat sekitar 158.000 serangan dompet yang berdampak pada lebih dari 80.000 individu, termasuk pengguna jaringan Solana. 

Secara kumulatif, total nilai pencurian kripto yang dikaitkan dengan Korea Utara diperkirakan telah mencapai US$6,75 miliar.

“Kinerja pemecah rekor negara tersebut pada 2025 yang dicapai dengan 74% lebih sedikit serangan yang terdeteksi mengindikasikan bahwa kita mungkin hanya melihat bagian paling terlihat dari aktivitas mereka,” tulis Chainalysis. 

"Tantangan pada 2026 adalah mendeteksi dan mencegah operasi berdampak besar ini sebelum aktor yang berafiliasi dengan DPRK kembali menimbulkan insiden sekelas Bybit,"

Laporan itu juga mengungkap perubahan modus operandi, di mana pelaku kini menyamar sebagai perekrut palsu di sektor kripto dan Web3, bukan lagi pekerja IT.

 Target utama pun bergeser dari protokol DeFi ke dompet pribadi dan layanan kripto terpusat, seiring meningkatnya standar keamanan di sektor DeFi.

Baca Juga
Berbagi
Suka dengan artikel ini? Ajak temanmu membaca :D
Posting Komentar